Boxed Layout

false

Posts Per Page

6

Not Just Research, China Installs Underwater Acoustic Devices In The Arctic Ocean Under

 Not Just Research, China Installs Underwater Acoustic Devices In The Arctic Ocean



Under the pretext of carrying out underwater research activities, China has carried out transoceanic exploration far from its territory. Even though it was carried out in international waters, it is no doubt that what Beijing has done has worried the United States and its allies, namely regarding China's intelligence efforts to detect and monitor the movements of US submarines.

After research efforts carried out in the Pacific, Indian and Atlantic oceans, China has since 2021 begun exploring underwater research in the US' "back yard", namely in the Arctic ocean. For the record, the Arctic ocean, located in the northern hemisphere and mostly in the Arctic region of the North Pole, is the smallest and shallowest of the five oceans in the world.




What China is doing in the Arctic region is deploying what it calls 'Listening Devices.' Although China's territory is not directly linked to the Arctic ocean, Beijing has declared its intention to become a major power in the Arctic by 2030. The Arctic Ocean so far borders Russia , United States, Canada, Norway, and Denmark – the so-called Arctic Circle.

The South China Morning Post recently broadcast a report about China attempting to deploy an acoustic device in the Arctic after successfully testing and evaluating its underwater listening device.

The report cites a study published in the Chinese Journal of Polar Research which says: “Acoustic information collected by planned large-scale listening networks can be used in a variety of applications, including subglacial communication, navigation and positioning, target detection. and reconstruction of marine environmental parameters.”

“That is for scientific purposes, but all such things serve a dual purpose,” said an Indian expert on the Arctic region. Observers of the Arctic region feel that acoustic instruments play an important role in understanding climate change in the Arctic because oceanographic data from the Arctic Ocean, particularly from the deep sea, are scarce.

But the data can also be used to track submarine movements and understand marine ecosystems to chart new routes – both below and above the surface.

The Shanghai-based Polar Research Institute of China is currently conducting research at the poles with several instruments, but most importantly a vector hydrophone with multiple sensors arranged in different orientations to measure pressure and the motion of sound wave particles.

The world above 66 degrees latitude has remained difficult for most of human existence, hindering large-scale trade. Explorers, speculators, and scientists have long believed that a rich treasure trove of resources and shipping routes is hidden beneath the Arctic ice and snow. But deathly cold, debilitating darkness and great distances have hindered any exploitation of the resource.



However, the unknown depths of the North Pole were soon charted, making their navigation a breeze sooner rather than later.

The agency emphasized that because the region is sensitive to climate change, sound pressure data can be used to track whales, seals and other sound-producing sources. The horizontal and vertical vibrations of water particles can help scientists understand ocean conditions such as currents, waves and the ocean floor.

During the test, the Chinese research institute used American communications satellite services. However, China's polar listening network will likely turn to the BeiDou satellite for communications.

Countries around the world are struggling to strengthen their foothold in the polar regions as global warming rapidly melts the polar ice caps, changing the environment drastically. Mutual distrust is driving the world's great powers to increase their civilian and military involvement in the North Pole.

The 10-year Arctic Strategy released by the White House in 2022 calls for deterring increased Russian and Chinese activity in the region.

Russia has since 2013 updated and activated hundreds of Soviet-era bases in the region. The US said that Russia is implementing new air and coastal defense missile systems and upgrading submarines, and increasing military exercises and training operations with a new combat command equivalent to the Arctic.

Russia is far ahead in its goal of strengthening Arctic navigation. It currently has 51 icebreakers compared to five functioning ships in the US. Given that China does not have direct access to the Arctic region, it is highly likely that China's intelligence mission in the North Pole will utilize Russian facilities. (Bayu Pamungkas)

Bukan Sekedar Riset, Cina Pasang Perangkat Akustik Bawah Air Di Samudra Arktik


Dengan dalih melakukan kegiatan penelitian bawah laut, Cina telah melakukan eksplorasi lintas samudra yang jauh dari wilayah teritorialnya. Meski dilakukan di perairan internasional, tak ayal apa yang dilakukan Beijing telah membuat gelisah Amerika Serikat dan sekutunya, yakni terkait upaya intelijen Cina untuk mendeteksi dan memantau pergerakan kapal selam AS.


Setelah usaha penelitian yang dilakukan di samudra Pasifik, Hindia sampai Atlantik, Cina sejak tahun 2021 mulai merambah penelitian bawah laut di ‘halaman belakang’ AS, yakni di samudra Arktik. Sebagai catatan, samudra Arktik, berlokasi di belahan utara bumi dan kebanyakan berada di wilayah Arktik Kutub Utara, yang merupakan samudra terkecil dan terdangkal di antara lima samudra di dunia.


Yang dilakukan Cina di kawasan Kutub Utara adalah menyebarkan apa yang disebut ‘Listening Devices.’ Meski wilayah Cina tak terkait langsung dengan samudra Arktik, tetapi Beijing telah menyatakan niatnya untuk menjadi kekuatan besaaar di Kutub Utara pada tahun 2030. Samudra Arktik sejauh ini berbatasan dengan Rusia, Amerika Serikat, Kanada, Norwegia, dan Denmark – yang disebut sebagai Lingkar Arktik.



South China Morning Post belum lama ini menyiarkan laporan tentang Cina yang berusaha menyebarkan perangkat akustik di Kutub Utara setelah berhasil menguji dan mengevaluasi perangkat pendengar bawah airnya.


Laporan tersebut mengutip sebuah penelitian yang diterbitkan dalam Chinese Journal of Polar Research yang mengatakan: “Informasi akustik yang dikumpulkan oleh jaringan pendengaran berskala besar yang direncanakan dapat digunakan dalam berbagai aplikasi, termasuk komunikasi subglacial, navigasi dan pemosisian, deteksi target. dan rekonstruksi parameter lingkungan laut.”



“Itu untuk tujuan ilmiah, tetapi semua hal semacam itu memiliki tujuan ganda,” kata seorang pakar India di wilayah Arktik. Pengamat wilayah Arktik merasa bahwa perangkat akustik memainkan peran penting dalam memahami perubahan iklim di Arktik karena data oseanografi dari Samudra Arktik, terutama dari laut dalam, sangat langka.


Namun data tersebut juga dapat digunakan untuk melacak pergerakan kapal selam dan memahami ekosistem laut untuk memetakan rute baru – baik di bawah maupun di atas permukaan.


Polar Research Institute of China yang berbasis di Shanghai kini sedang melakukan penelitian di kutub dengan membawa beberapa instrumen, tetapi yang paling penting adalah hidrofon vektor dengan banyak sensor yang diatur dalam orientasi berbeda untuk mengukur tekanan dan gerakan partikel gelombang suara.


Dunia di atas garis lintang 66 derajat tetap sulit untuk sebagian besar keberadaan manusia, menghambat perdagangan skala besar. Penjelajah, spekulan, dan ilmuwan telah lama percaya bahwa harta karun sumber daya yang kaya dan rute pelayaran tersembunyi di bawah es dan salju Arktik. Tapi dingin yang mematikan, kegelapan yang melemahkan dan jarak yang sangat jauh telah menghambat setiap eksploitasi sumber daya.


Namun, kedalaman Kutub Utara yang tidak diketahui segera dipetakan, membuat navigasi mereka menjadi lebih cepat daripada nanti.


Lembaga tersebut menegaskan bahwa karena wilayah tersebut sensitif terhadap perubahan iklim, data tekanan suara dapat digunakan untuk melacak paus, anjing laut, dan sumber penghasil suara lainnya. Getaran horizontal dan vertikal partikel air dapat membantu para ilmuwan memahami kondisi laut seperti arus, gelombang, dan dasar laut.


Selama pengujian, institut peneltian Cina menggunakan layanan satelit komunikasi Amerika. Namun, jaringan pendengar kutub Ciina kemungkinan akan beralih ke satelit BeiDou untuk komunikasi.


Negara-negara di seluruh dunia berjuang untuk memperkuat pijakan mereka di wilayah kutub karena pemanasan global dengan cepat mencairkan lapisan es di kutub, mengubah lingkungan secara drastis. Rasa saling tidak percaya mendorong kekuatan besar dunia untuk meningkatkan keterlibatan sipil dan militer mereka di Kutub Utara.

Strategi Arktik 10 tahun yang dirilis oleh Gedung Putih pada tahun 2022 menyerukan untuk menghalangi peningkatan aktivitas Rusia dan Cina di wilayah tersebut.


Rusia sejak tahun 2013 telah memperbarui dan mengaktifkan ratusan pangkalan era Soviet di wilayah tersebut. AS menyebut bahwa Rusia menerapkan sistem rudal pertahanan udara dan pesisir baru serta meningkatkan kapal selam, dan meningkatkan latihan militer dan operasi pelatihan dengan komando tempur baru yang setara dengan Arktik.



Rusia jauh di depan dalam tujuannya untuk memperkuat navigasi Arktik. Saat ini memiliki 51 kapal pemecah es dibandingkan dengan lima kapal yang berfungsi di AS. Dengan kondisi Cina yang tak memiliki akses langsung ke kawasan Artktik, besar kemungkinan misi intelijen Cina di Kutub Utara akan memanfaatkan fasilitas milik Rusia. (Bayu Pamungkas)

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Not Just Research, China Installs Underwater Acoustic Devices In The Arctic Ocean Under"

Post a Comment